Texts

BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.

Minggu, 27 Februari 2011

Pelajaran dari Maulid Nabi Muhammad saw


Pelajaran pertama > Pelajaran dari kisah Abraha.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan gajah? . Bukankah Dia telah menunjukkan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?. Dan Dia mengirimkan kepeda mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Qur’an Surah Al Fill :1-5)
Surat Al Fill adalah surat Makkiyah yang sering kita dengar riwayatnya dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam suasana Maulid Nabi besar Muhammad Saw. Tahun kelahirannya sering disebut tahun gajah. Yang masih jarang dimengerti kaum muslimin adalah urutan-urutan peristiwa pasukan gajah yang dihancurkan Allah SWT. Sebelum Rasulullah lahir , dominasi dunia dipegang oleh Romawi dan Persia. Masing-masing kedua imperium mempunyai wilayah-wilayah subordinat (jajahan).
Yaman merupakan asal-usul nenek moyang orang Arab. Bila dilihat dari asal keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qathaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail ibn Ibrahim). Mereka, pada persitiwa negeri Saba’ yang kemudian besar kerajaan Himyar diceritakan dalam Al Qur’an disebutkan sailul arim. Peristiwa banjir besar yang disebabkan bendungan Ma’arib runtuh dan kerajaan. Dalam Al- Qur’an, banjir menenggelamkan Yaman. Kemudian sebagian besar berhijrah ke Yastrib (madinah). Dari mereka lahir suku yang asal-usul Yaman. Yang paling dikenal di masa Rasul nanti adalah suku Aus dan Khajraj. Yaman adalah asal-usul orang di jazirah Arab.

Di Yaman terjadi pergolakan politik. Dimana orang-orang Persia dan romawi silih berganti menguasai Yaman. Dalam suatu peristiwa terjadi kudeta politik, yang mengangkat seorang raja bernama Dzu Nawas, Dzu Nawas adalah tipikal orang yang cinta dengan agama. Karena cinta pada agama, ia sering kali berdialog dengan berbagai umat beragama. Salah satu dialog yang merubah pandangan hidupnya adalah ketika ke Yastrib dan bertemu dengan orang-orang Yahudi, hingga akhirnya ia memeluk agama Yahudi. Sekembalinya Dzu Nawas ke Yaman, dia menyuruh rakyatnya memeluk agama Yahudi dan menyatakan perang terhadap nasrani. Salah satu kabilah yang berpegang pada agama nasrani yaitu kabilah Najran (yang bertempat tinggal antara yaman dan Arab Saudi, sekarang masuk ke wilayah Arab Saudi). Najran akhirnya diserang habis oleh Dzu Nawas.
Salah seorang dari kabilah Najran sempat lolos ke Romawi. Melaporkan ke raja Romawi untuk menyerang Yaman. Wilayah Najran agak jauh dari Romawi dan kering. Tidak ada kekayaan kecuali konflik. Akhirya Heraklius, raja Romawi saat itu mengirim surat kepada Raja Ethiopia, Raja Habsyah (Afrika Selatan). Di peta : Afrika berbatasan langsung dengan wilayah Yaman. Di sebelah utara di jazirah Arab. Wilayah yang paling dekat dengan Yaman salah satunya adalah Ethiopia (Afrika Selatan)
Ethiopia saat itu dipimpin oleh seorang raja yang memeluk agama nasrani. Namanya An Najasyi yang kelak akan memeluk Islam. An Najasyi mendapat perintah untuk menyerang Yaman atas perlakuannya memeluk Nasrani. Akhirnya Yaman diserang oleh Kabilah Ethiopia. Dzu Nawas berhasil digulingkan. Mereka mengangkat seorang raja dari Habsyah (Ethiopia) untuk Yaman yang bernama Abraha.
Abraha ingin membangun monumen Nasrani yang bisa mematikan masa lalu Yahudi. Sekaligus menarik orang Yaman yang setiap tahun haji ke Makkah. Ia membangun gereja sangat besar dan indah. Ia mengirim surat ke Raja Ethiopia (an Najasyi) menyangkut prestasi seorang Gubernur wilayah sub ordinat.
Ternyata, objek yang dibangun dengan harapan menarik orang-orang Yaman, tidak berhasil. Karena tetap saja orang-orang Yaman tiap tahun ke Ka’bah. Orang-orang Yaman pada waktu itu, menganggap Ka’bah adalah rumah nenek moyang mereka, yaitu Ibrahim dan Ismail. Dan ini paradigma yang sudah mengakar dan menjadi tradisi dalam diri mereka. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk.Abraha mengambil kesimpulan, bahwa persoalannya adalah Ka’bah. Jadi benda yang satu ini harus dihancurkan. Dalam konflik yang sebenarnya adalah akar religius kemudian diselesaikan dengan cara-cara militer. Akhirnya Abraha menyiapkan dan membangun sebuah pasukan. Pasukan itu menggunakan Gajah sebagai kendaraan mereka. itulah sebabnya pasukan ini dikenal dengan pasukan gajah.
Di tengah perjalanan, ketika orang Makkah sudah mau diserang untuk menghancurkan Ka’bah, beberapa orang Makkah melakukan perlawanan. Perlawanan pertama dipimpin oleh Dzu Nafr. Kalah. Dan Dzu Nafr ditawan. Jalan lagi. Dicegat lagi oleh kabilah Arab yang dipimpin oleh Al Hasami. Al Hasami dibabat habis oleh Abraha. Dan dijadikan guide menuju Makkah.
Orang-orang kalah punya tabiat menjadi jongos bagi para pemenangnya. Ibnu Khaldun mengatakan, orang-orang yang kalah cenderung mengikuti orang-orang yang mengalahkannya dalam segala hal. Kemudian sampaila di Thaif. Mengetahui perlawanan penghadangan pasukan gajah gagal. Akhirnya mereka menyerah. Orang Thaif mengatakan, Ka’bah itu bukan di Thaif, tapi di Makkah.
Abraha meminta mereka menjadi penunjuk jalan. Di antara Thaif dan Makkah ada tempat yang bernama Al Mugahammas. Di tempat ini Abraha beristirahat sebentar. Kemudian pasukannya menggeledah habis serta melakukan perampasan harta-harta Thaif dan Makkah termasuk harta kakek rasul Saw, Abdul Muthallib yaitu 200 ekot unta. Setelah itu Abraha mengutus orang untuk mencari pemimpin Makkah. Orang Makkah sepakat meminta Abdul Muthalib bertemu dengan Abraha.
Utusan Abraha mengatakan kepada Abdul Muthallib, “Abraha hanya ingin menghancurkan Ka’bah saja. Bukan ingin berperang dengan kalian. Apabila kalian tidak melawan, kalian tidak akan diganggu Abraha.
Kata Abdul Muthalib, “ Kami tidak akan melawan. Karena tidak ada kekuatan.” Akhirnya Abdul Muthallib disetujui bertemu dengan Abraha. Waktu ia masuk ke ruangan Abraha, Abraha sedang duduk di kasur singasana. Melihat Abdul Muthallib, Abraha langsung jatuh hati. (Abdul Muthallib dalam suatu riwayat disebutkan, postur tubuhnya tinggi, dan sangat ganteng, paling ganteng diantara seluruh penduduk Makkah. Anak-anaknya semua ganteng. Termasuk cucunya:Rasulullah Saw). Abraha berpikir, orang ini harus dihormati. Tapi kalau disuruh duduk di singasana, itu tidak etis. Karena jajahan. Abraha turun dan berdampingan dengan Abdul Muthallib.
Abraha memberikan penjelasan bahwa, ia hanya ingin menghancurkan Ka’bah, “Andai Anda tidak mencegah saya, saya tidak menggangu Anda”. Abdul Muthallib menjawab, “silakan anda menghancurkan Ka’bah. Karena dia punya Tuhan. Tapi saya minta, kembalikan 200 unta milik saya”.
Kata Abraha, “saya waktu ketemu anda sudah jatuh hati. Tapi ucapan anda membuat saya tidak berselera. Saya mau memerangi simbol agama anda, tetapi anda memikirkan unta anda sendiri”. Abdul Muthallib kembali menjawab, “Ka’bah punya Tuhan sendiri. Nanti anda akan berhadapan dengan Tuhannya Ka’bah”. Kalimat ini kelak mempunyai isyarat dengan kandungan surat Al Fill.
Abraha akhirnya merangsek masuk menyerang Ka’bah. Tetapi di perbatasan sebelum Makkah, gajahnya tidak ada yang bisa jalan. Semuanya terpeleset dan jatuh. Tidak bisa bergerak sama sekali. Dalam keadaan begitu, Allah mengutus burung-burung. Burung di atas, berkelompok-kelompok. Namanya thairan ababiil. Burung ini namanya bukan abaabiil. Abaabiil itu jama’at. Berkelompok-kelompok dan membawa sijjil. Sijjil bahasa Persia yang berarti unsur api dan tanah liat, yang mengandung racun dan bara panas. Sijjil ini digunakan untuk melempar pasukan gajah. Ada yang menarik disini: cara kerja benda dalam mematikan orang. Sijji mengenai badan. Sampai di badan, orang tidak langsung mati. Kulit, daging, jatuh sedikit demi sedikit sampai habis.
Begitu juga Abraha yang terkena sijjil. Dia tidak langsung mati. Setelah pasukannya mati dengan cara yang mengerikan, tidak kuat lagi melawan. Ia pulang. Sambil berjalan dagingnya jatuh sedikit demi sedikit. Sampai di Syam, ibukota Yaman, Abraha belum mati. Yang terakhir habis adalah dada dan jantungnya, dadanya tinggal dua. Jantungnya keluar dan tercabik-cabik. Baru Abraha mati.
Dua pelajaran dari kasus Abraha :
Pertama, tidak ada campur tangan sama sekali orang-orang Quraisy. Allah SWT mengatakan: “Alam tara kaifa fa ‘ala rabbuka bi ashhaabil fiil- belumkah kamu melihat bagaimana Allah memperlakukan pasukan gajah ?”.
Ayat ini dimulai dengan: “Belumkah kamu melihat”. Namanya istifham taqriri. Pertanyaan untuk menegaskan satu pertanyaan. Kisah ashaabul fiil sangat kuat pengaruhnya bagi bangsa arrab. Karena itu mereka tidak pernah melupakan. Jadi bukan burung yang diceritakan. Al Qur’an menggunakan kalimat Tanya untuk mengembalikan ingatan mereka kembali.
Sesudahnya, perhatikan! Kaifa (bagaimana), fa ‘ala rabbuka (Tuhan bertindak). Jadi subjeknya, pelakunya, adalah Tuhan. Menyadarkan kepada orang Arab. Bahwa mereka tidak punya jasa sama sekali
Jasa melindungi Ka’bah, sama sekali bukan pekerjaan orang arab. Itu adalah pekerjaan Allah SWT. Orang-orang Quraisy dalam hal ini sudah mendapatkan rahmat. Maka Abdul Muthalib pulang setelah bertemu Abraha. Ia kumpulkan orang-orang Makkah. Menyuruh mereka mengambil barang-barangnya. Menaiki gunung kemudian hanya menonton Abraha menyerang Ka’bah.
Bertepatan dengan kelahiran Muhammad, sekaligus mengingatkan , baru pada lahirnya Muhammad saja, karunia Allah sudah banyak untuk orang-orang quraisy. “Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘aalamin” Dan Aku tidak mengutusmu kecuali untuk rahmat sekalian alam
Kedua, Allah SWT memberi isyarat, tempat dimana wahyu sedang akan diturunkan dan tumbuh menjadi pusat peradaban dunia. Dengan wilayah Makkah disiapkan untuk menjadi turunnya hikmah. Maka, orang-orang Arab yang nanti menjadi tulang punggung pembawa bendera Islam harus dengan sadar dari awal. Tanpa Islam, mereka tidak punya eksistensi internasional sama sekali.
Orang-orang Arab sebelum datang Islam tidak punya eksistensi, di mata imperium-imperium yang lain. Yaman yang jauh lebih baik kondisinya dari Makkah dan Madinah silih berganti didominasi oleh Persia, Romawi dan Ethiopia. Yaman tidak pernah dipimpin oleh orang Yaman sendiri karena kebanyakan orang Arab tidak punya nilai.
Islam datang memupuk kekuatan. Dan menjadikan mereka pemimpin serta pemimpin internasional. itulah sebabnya negeri-negeri Arab terbelakang dibanding Negara-negara lain. Bukan mereka tidak cerdas, bukan karena mereka tidak mempunyai minyak. tapi karena mereka tidak mempunyai sumber kekuatan yaitu islam.
Ibnu Khaldun delapan abad kemudian mengatakan, orang Arab adalah bangsa yang tidak mungkin bersatu kecuali dibawah naungan Islam.

Tertanda
Johandri
Dhuha 21 Februari 2011

PERAN KAMMI DALAM MENHADAPI GERAKAN KONSPIRASI INTERNASIONAL DI INDONESIA (Part 1)


oleh Rusna Dwi Hartati KAMMI Daerah Kaltim

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
(Q.S. Al Baqoroh : 120 )
Sudah merupakan sunnatullah akan adanya kaum penentang dalam setiap hadirnya kebenaran agama di dunia ini. Sejarah mengjarkan sejak masa Adam as hingga Isa as, selalu ada masa penentang yang akan menghalangi tegaknya kalimatullah di muka bumi ini. Termasuk yang sedang dialami umat Rosulullah Muhammad Saw saat ini. Akan terus ada segolongan orang yang menginginkan kerusakan di muka bumi ini. Segolongan orang yang begitu gigih menentang kekuatan Allah SWT atas jagad raya ini. Yaitu orang – orang yang telah terbutakan mata hatinya sehingga memilih untuk menjadi pelayan syaithon dan sekutunya dalam menjalankan rencana penghancuran terhadap kaum mukmin. Begitu banyak yang tidak terbuka mata hatinya sehingga tidak mengindahkan peringatan Allah SWT dalam Q.S. Al Baqoroh : 208 dengan terjemahan sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithon. Sesungguhnya syaithon itu musuh yang nyata bagimu.”
Upaya yang dilakukan para pelayan syaithon kini telah membuahkan progress yang cukup membahagiakan mereka. Tampak jelas produk dari proyek mereka ini dalam kehidupan umat saat ini. Kehidupan masyarakat dunia digiring untuk berkiblat pada tradisi hidup mereka yang sudah sangat jauh dari nilai – nilai Islam. Cara berfikir umat pun sedikit demi sedikit terbawa dengan pemikiran kaum western tersebut. Mereka mulai bertanya-tanya tentang kebenaran agama yang mereka anut, kemudian muncul keraguan di dalamnya, hingga akhirnya mereka mulai menjauh bahkan secara sadar ataupun tidak membantu dalam proses penghancuran Islam itu sendiri.
Negara kita, Indonesia tercinta dengan segala potensinya baik pada SDA maupun SDM merupakan sebuah ancaman bagi musuh – musuh Islam dalam mencapai tujuan utamanya untuk dapat membentuk dunia baru dibawah kendali mereka dalam berbagai aspek hidup. Karenanya, hingga hari ini negeri tercinta ini senantiasa mendapat pengawalan ketat dari para hizb asy syaithon agar tidak dapat sadar kemudian bangkit dari jerat tipu daya mereka. Karena, ketika kebangkitan itu lahir di negeri ini, niscaya ia akan memiliki imbas yang sangat besar bagi perbaikan umat di dunia ini, dan itu bermakna kiamat bagi mereka.
Diperlukan hadirnya para pembaharu yang mampu menyadarkan umat Islam Indonesia akan jerat kuat yang sedang kita alami saat ini, sehingga dapat segera menyusun langkah – langkah kebangkitan yang amat dinantikan para mukminin saat ini.


LANDASAN TEORI
A.Mengenal Orientalisme
Orientalisme adalah suatu gerakan yang timbul di zaman modern, pada bentuk lahirnya bersifat ilmiyah, yang meneliti dan memperdalam masalah ketimuran. Tetapi di balik penelitian masalah ketimuran itu mereka berusaha memalingkan masyarakat Timur dari Kebudayaan Timurnya, berpindah mengikuti keinginan aliran Kebudayaan Barat yang sesat dan menyesatkan.
Asal kata “Orientalisme” bahasa Arabnya al istisyraaq, mashdar fiil: Istasyraqa. Artinya, “mengarah ke Timur dan memakai pakaian masyarakatnya.” Para Orientalis (al Mustasyriqun) mendalami bahasa-bahasa Timur sebagai langkah untuk mengarah ke sana. Masing-masingnya mempelajari satu bahasa atau bermacam-macam bahasa Timur, seperti bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Ibrani, bahasa Urdu, Suryani, Indonesia, Melayu, Cina dan lain-lain. Sesudah itu mereka mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan, kesenian, adab/sastra, kepercayaan masyarakat yang mempunyai bahasa tersebut di atas dan lain-lainnya. Bahasa Arablah yang menjadi sasaran utama dari tujuan para Orientalis ini. Memang para Orientalis sudah banyak yang mempelajari bahasa Arab, dan menjadi spesialis dalam ilmu bahasa, seperti ahli Nahwu, ahli Sharaf, ahli Sastra (Adab) dan ahli Balaghah.

B. Islam sebagai Objek Orientalisme
Orientalis, adalah kumpulan Sarjana-sarjana Barat, Yahudi, Kristen, Atheis dan lain-lain, yang mendalami bahasa-bahasa Timur (bahasa Arab, Persi, Ibrani, Suryani dan lain-lain), temtama mempelajari bahasa Arab secara mendalam. Studi ini mereka gunakan untuk memasukkan ide-ide dan faham-faham yang bathil ke dalam ajaran Islam, agar aqidah, ajaran dan da’wah Islam merosot, berkurang pengaruhnya terhadap masyarakat, tak berbekas dalam kehidupan, tidak mampu mengangkat derajat kemanusiaan, tidak berperan lagi untuk melepaskan manusia dari perhambaan pada makhluk, dan tujuan Islam tak kunjung tercapai dalam mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (Zhulumaat: kufur, syirik, fasik, lemah, bodoh, tertindas, miskin, dijajah, dianiaya, dan dalam keadaan terbelakang dalam segala bidang) menuju An Nur (kebalikan dari Zhulumaat, yaitu bertauhid, iman, kuat, pintar, cerdas, adil, aman, makmur, maju dan lain sebagainya).
Seperti kita ketahui, bahwa segala tipu daya dan kebatilan yang mereka resapkan sedikit demi sedikit telah masuk ke dalam kebudayaan Islam dan berakibat mengurangi peranan Islam dalam penyiaran ilmu pengetahuan yang telah membawa Eropa dari zaman pertengahan (masa kebodohan dan kegelapan) ke masa kejayaan masa modern (yang sekarang telah menjadi kebanggaan para Sarjana Barat).
Pihak Orientalisme berusaha keras menyerang Islam, dan menggerogoti da’wahnya, sebab mereka tidak mampu melepaskan diri dari pengaruh nafsu hendak memusuhi Islam yang mereka warisi. Usaha mereka itu tidak saja secara sembunyi-sembunyi dan menaburkan benih-benih keragu-raguan terhadap sumber Islam, memasukkan kebatilan-kebatilan ke dalam ajaran syari’at, menggiring ummat Islam ke dalam aliran fikiran yang sesat, dan menyerang bahasa Arab (bahasa al Qur’an), tapi juga terang-terangan membantu propaganda gerakan yang berselubung di bawah nama Islam yang menyesatkan.
Juga para Orientalis memonopoli semua mass media, yang digunakan untuk membinasakan dan menjauhkan ummat Islam dari agamanya, bahkan merusakkan putera-puteri Muslim yang belajar di sekolah-sekolah dan di negeri mereka.
Permusuhan yang dilakukan oleh kaum orientalis layaknya permusuhan yang dilakukan oleh kaum Quraisy pada masa da’wah Rosulullah Saw. Hanya saja Kaum Qiraisy berujung pada keislaman mereka sedangkan kaum orientalis masih teguh atas pendiriannya untuk menhacurkan Islam. Kaum orientalis melancarkan misinya tersebut melalui hembusan al waham (pendangkalan faham), dengan cara memutarbalikkan fakta, membuat hadits – hadits palsu, ataupun dengan pengkotak – kotakkan umat.

Bersambung ke PART 2

Keberartian dan Kerendahan


Laksana padi. Ia tumbuh hening di ladang. Tataplah ia dengan seksama, lembut dan nanar. Disana, dalam heningnya, ada banyak pelajaran mudah. Ia berdiri tegap. Menjulang tegak ke atas. Saat berbuah, ia merunduk ke bawah. Begitu meninggi ia merendah. Mungkin ini pelajaran kekuasaan yang paling berat. Sekilas perjalanan ini mengandung antagonisme. Si pemimpin harus belajar peran-peran antagonis.Tapi tidak antagonis pada dirinya sendiri. Merendah berarti mengerti asal-usul diri. Merendah berarti memahami perbedaan dan mengakui kesetaraan manusia. Merendah berarti percaya diri serta meyakini ini hanya sementara dan bukan tujuan akhir.
Kehebatanmu tidak akan berkurang ketika kamu merendah. Kekuasaanmu juga tidak hilang ketika kamu merendah. Engkau hanya meletakkan kekuasaanmu di tanganmu bukan di hatimu. Kamu hanya menyelamatkan dirimu sendiri dari dirimu sendiri.
Halangan yang paling berat adalah keberartian. Oohh…. seorang pemimpin sebenarnya mengalami kesulitan besar dalam memaknai dirinya, hidupnya. Sering pula khawatir jika ia tak berkuasa, keberartian dia di mata orang lain menurun. Darimanakah sumber keberartian itu? kekuasaan selalu membelokkannya kepada dirinya sendiri. Seorang pemimpin cenderung mengidentifikasi dirinya dengan kekuasaannya. Ia bermakna karena ia berkuasa. ia selamanya memerlukan kekuasaan itu. itu yang membuatnya merasa berarti. kekuasaan memberinya begitu banyak kenyamanan psikologis.

Maka sangat sulit baginya untuk tidak membutuhkan kekuasaan. Apalagi menjadi zuhud. teramat sulit baginya untuk merendah. Karena pengakuan, kehormatan, ketundukan, sanjungan kekaguman,dan kerinduan saat-saat berharga maupun bercengkerama adalah kenyamanan-kenyamanan psikologis yang justru hanya dia peroleh dari kekuasaan. Teramat sulit melepas semua dengan enteng dan tersenyum. Apalagi hampir seluruh waktu dan energi serta cucuran keringat dan air mata telah tumpah ruah.
Akarnya ada pada struktur mentalitas para pemimpin, menyadari antagonism antara kekuasaan yang ada di tangan yang pasti sirna dengan Kampung akhirat, antara amanah dan kerendahan hati, antara kehebatan dan keterbatasan. Sepertinya itulah pelajaran yang paling rumit;menerima takdir kepahlawanan yang terbatas dengan rendah hati. Sebab kita hanya manusia biasa.
Begitu sang khalifah yang menguasai lebih dari separuh dunia itu tertidur di masjid. Seperti kebanyakan penduduk. Umar pun berteduh di masjid saat siang hari. Terik siang di Madinah amat sangat membakar seperti semburan hawa panas api. Wajahnya lepas saat tidur pulas tanpa bantal. Tanpa beban. Tanpa rasa takut. Bebas. Sepenuhnya bebas. Sampai-sampai utusan raja romawi tidak percaya menyaksikan pemandangan itu. kemana para pengawal? Tidak takutkah ia ? Tidakkah ia merasa tak berarti dia saat tak didampingi? dan Hafez Ibrahim, penyair dari tanah Mesir yang ada di era umar, menangkap kebingungan utusan sang Raja Romawi tersebut. Maka Ia menuangkannya dalam sajaknya “ Maka, pulaslah tidurmu saat keadilanmu…”
Hampir seratus tahun kemudian, buyut sang khalifah, seseorang digelari Khalifah Rasyidin kelima, Umar bin Abdul Azia, menghembuskan nafas terakhirnya setelah melafazkan ayat ini, “ itulah negeri akhirat. Kami berikan kepada mereka yang tidak menghendaki ketinggian di dunia dan tidak juga berbuat kerusakan.”
Atau Terperanjat dan menangisnya Umar Bin Khattab ketika melihat Rasulullah Saw terbangun dengan pipi masih terdapat bekas alas tikar kurma,.
Mereka meninggi ketika merendah. Dan kezuhudan adalak milik para pemimpin yang kekuasaannya tidak pernah diberikan izin untuk sampai hinggap di hatinya.pemimpin yang tegar menghadapi cobaan kekuasaan, melawan tirani, mempunyai kearifan sebagai pembangun kekuasaan, dan sekaligus bertangan dingin sebagai zahid dalam memegang kekuasaan. Wajarlah bila Abu Bakar berucap “Ya Allah ampunilah hamba atas apa yang orang lain tidak ketahui dalam diri hamba. Dan jadikan hamba lebih baik dari apa yang mereka pikirkan”.
Jika sampai waktunya, lepaslah dengan enteng dan tersenyumlah sambil berkata: Aku hanya mencari pandangan Allah bukan mencari pandangan manusia. Aku hanya ingin agar Allah mencintaiku dengan cara ini. Jika selama perjalanan, bosan, gundah gulana dan sakit yang kau rasakan maafkanlah diriku dan ketahuilah Engkau Berbai’at pada Allah, Rasul dan Jamaah, bukan kepada diri ini. Urusanku hanya sampai pada memimpinmu, sisa perkerjaanmu yang tak selesai adalah tanggung jawab engkau pada Allah.
Tertanda

Johandri Dhuha, 18 februari 2011