oleh Joehandri (ketua Umum KAMMI KALTIM)
Hasan Al Basri berkata : waktu itu ada tiga, masa lalu, masa depan, dan masa sekarang. Masa lalu sudah berlalu, sudah seharusnya kita tidak lagi menyesalinya dan tidak bisa kembali lagi. cukuplah kita jadikan memoar dan potret untuk perbaikan ke depan. Masa depan masih terlalu gaib untuk kemudian kita rinci dengan sangat detail sekali samapai kemudian kita hanya ampu membuat scenario planning saja yang minimal mampu mengantisipasi kebutuhan di masa akan datang, sulit dipegang dan diraih. Masa kini harus kita manfaatkan dengan baik, agar kemudian kita bisa menanam amal-amal kebaikan lebih banyak nantinya dan mengurangi beban-beban yang mungkin bertambah esok harinya.
ketika kita berbicara tentang momentum, maka kita akan bicara tentang penggunaan waktu yang tersedia dengan baik. Sering sekali banyak momentum yang hadir namun tidak kita rasakan karena sudah terbudaya dalam aktivitas keseharian kita hal-hal yang remeh. Diri kita sendirilah yang paling tahu apakah waktu yang kita gunakan sudah optimal dan adakah kemudian hasil dari aktivitas yang telah dilakukan, baik itu perubahan, perbaikan, evaluasi dan lain sebagainya.
Dalam hal yang lain misalnya tentang Al Mubarok dan Sofyan Tsauri.,sofyan tsauri adalah ulama yang sangat terkenal dan ulama besar ketika itu, dan beliau sangat mengagumi ulama besar yang bernama Al Mubarok,sofyan tsauri mengatakan aku sangat ingin mencontoh Al Mubarok dan ingin mencoba hidup dengan kebiasaan yang dia miliki selama setahun. Dan pasti aku tidak kan bisa mencontoh Al Mubarok dan kebiasaanyya walau hanya 3 hari saja. Walau hanya 3 hari, jam per jam dalam keseharian beliau sungguh luar biasa. Padahal banyak ulama yang mengatakan ketika Al Mubarok dan Sofyan Tsauri hidup, maka seperti layaknya Abu Bakar dan Umar. Al Mubarok mengatakan, aku tidak pernah membiarkan satupun organ tubuhku untuk bermaksiat kepada Allah, maka Allah menjaga tubuhku hingga tua sampai sekarag ini.
Waktu itu momentum, dan umat islam paling demen kehilangan momentum berharga. Hassan Al Banna mengatakan bahwa kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Bagi mereka yang punya cita-cita hidup bermanfaat maka dia merasa bahwa waktu yang ada masih kurang karena amal-amal yang kita kerjakan banyak tidak selesai. Dan sering sekali kita melewatkan momentum berharga dalam hidup kita. Kita sering dalam solat sering lupa bacaan solat kita ketika berdiri, itu contoh kecil saja, dalam do’a kita sering lupa mendoakan saudara-saudara kita seperjuangan. Amanah tilawah 1 juz per hari saja yang hitungannya sangat mudah, misalnya kita setela sola membaca 2 lembar. Tapi juga masih banyak yang tak memenuhi target tersebut. Itu juga masih contoh kecil juga. Contoh yang bobotnya agak menengah sedikit misalnya terkait mengatur waktu dalam keseharian kita, rapat, aktivitas ibadah pribadi, aktivitas amal organisasi, kerja dsb. Kita sering sekali menunda pekerjaan yang kemudian membuat molor banyak perkerjaan amal organisasi kita misalnya. Dan efeknya, aktifitas kita menjadi aktivitas yang terkesan biasa-biasa saja. Waktu habis di jalan dsb. Kekurangan maknawiyah, waktu tak teratur, dan persoalan lainnya. Jika anda seorang pemimpin, maka anda harus kemudian memakai teori kepemimpinan yang kedua yaitu mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan anda. Anda harus mengajarkan kepada staf anda tentang peran mereka yang sangat besar.
Ada beberapa hal yang kemudian membuat kita sering kehilangan momentum dalam waktu-waktu terbaik kita :
1. Adamul yakini fi adilah (kurangnya keyakinan akan janji Allah pada kita/kurang sensitif terhadap amal kebaikan/pahala/ganjaran yang Allah janjikan). Mengenai hal ini kita bisa membuka dalam Al Qur’an surah Al Qashah ayat 77 “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Allah menjanjikan pada manusia agar mencari pahala negeri akhirat dengan fasilitas apa yang telah dianugerahkan kepadamu, entah itu fisik, intelektual, waktu, dan yang lain yang kita miliki. Begitupula yang terdapat dalam surah Al Lail, Asy Syams, Ad Dhuha yang mengisyaratkan hampir di seluruh waktu-waktu yang kita miliki selalu memberikan momentum berharga bagi diri kita. Di saat malam,saat Allah begitu dekat dengan hambanya. Saat dhuha, saat rizki dari Allah begitu melimpahnya. Oleh karena itu, jangan lagi kita banyak sekali melewatkan momentum-momentum berharga dalam hidup, dengan merubah sebagian budaya kita yang sering menunda dan lain sebagainya. Malah, harapannya kita seperti para sahabat yang berlomba dalam berbuat baik, seperti kisah perlombaan dalam berbuat baik antara Abu Bakar dengan Umar. Atau kisah Abu Bakar yang ingin sekali di saat dia menjadi khalifah mengetahui, amal Rasul mana yang belum dia kerjakan, maka Aisyah menjawab setiap pagi Rasul memberi makan pengemis di pasar. Al kisah dilaksanakanlah amal itu oleh Abu Bakar, namun ketika menyuapi sang nenek, sang nenek berkata, engkau bukan orang yang biasanya memberiku makan dan menyuapiku, biasanya orang itu akan menggigitkan makanan itu untukku. Lalu menangislah Abu Bakar sembari memberitahu Rasul telah wafat. Dan menangisnya Abu Bakar juga lebih disebabkan karena Amal Rasul yang luar biasa tersebut.
2. Adamul Ilmu (kurangnya ilmu)
Dalam surah Al Mujadilah ayat 11 “ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah , niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu,” maka berdirilah , niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan.”. Di zaman Rasul, ketika Rasulullah SAW mengisi pengajian/taklim. Maka pasti penuh sesak, sampai-sampai kemudian mereka tidak mau memberikan sedikit kelapangan ataupun tempat bagi mereka-mereka yang terlambat datang ke majelis. Lalu kemudian turunlah surah ini. Yang menginginkan agar mereka tetap memberikan kelapangan dan bergantian dengan sahabat lain yang baru datang. Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu diantara mereka dan orang mukmin secara keseluruhan.
Sering kali momentum waktu terbaik kita lewat begitu saja, karena kita kurang ilmu dalam menangkap sinyal-sinyal yang berisi hal yang bagus dan bisa menjadi sebuah prestasi.
Agar kemudian kita bisa kompeten dalam penguasaan ilmu spesialisasi maupun ilmu alat maupun penunjang. Maka satu-satunya cara adalah mengalokasikan waktu khusus untuk mencari ilmu, ilmu apa saja yang menjadi kebutuhan kita. yang biasa terjadi ketika kita tidak memiliki pandangan yang benar tentang momentum tersebut, maka akan sulit untuk menentukan prioritas agenda/kebutuhan dan akan tidak mempunyai kepemimpinan ide. Terkadang pula akan parsial dalam memandang persoalan dari segi fikih
3. Adimul sadadah (kurang pro aktif). Sering sekali kita menyesal dalam aktivitas keseharian kita dan mengeluh tentang hasil ujian, seandainya belajar lebih baik, mengeluh tentang hasil kegiatan, seandainya lebih lama lagi dan sebagainya. Kita selalu punya nafsu untuk menyesali apa yang terjadi. Oleh karena itu dengan kita lebih proaktif dalam hal apapun maka ini adalah obat yang tepat dalam mengatasi nafsu menyesal. Agar kompetensi kita semakin dalam maka tentunya kita makin proaktif dalam aktivitas kuliah dan membuka wawasan kita akan pekerjaan di bidang studi kita. Kita berkenalan dengan cabang ilmu pendukung, maka kita harus juga pekajari. Ilmu apa saja agar kemudian menunjang kehidupan aktivitas kita dan kompetensi kita. Misal anda yang berada di jurusan pendidikan bahasa inggris tentunya harus mendalami pekerjaan anda. Membuka wawasan dengan guru-guru bahasa inggris daerah lain. Menambah ilmu penunjang anda, multimedia, public speaking and beautiful speak also mind, kalau perlu ditambah dengan kemampuan komputer, anda tentunya harus proaktif mencari program pertukaran mahasiswa, guru, ataupun pelatihan kepemudaan. anda juga harus cepat tanggap dalam hal-hal yang berkenaan dengan kompetensi anda. Bahkan kalau perlu menguasai bahasa asing yang lain agar kemudian bisa menjadi teladan bahkan acuan bagi kawan-kawan bahkan percontohan bagi dosen dsb.
Harapannya kedepan masing-masing diri kita bisa kemudian memindai, memilih, aktivitas yang berharga dan jangan sampai banyak waktu yang terlewat karena terlalu banyak mengobrol, terlalu banyak makan, terlalu banyak tidur, terlalu banyak menonton dan lain sebagainya. Perlu disadari bahwa sebenarnya mengobrol itu baik, namun jika terlalu banyak akan menjadi mubah, begitu juga dengan makan, sama halnya dengan tidur, dan menonton.
Terkadang bukan kondisi yang harus kita perbaiki, namun bagaimana kita memaknai setiap momen yang ada. Wallahu alam bissawab. Wassalam.