Texts

BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.

Minggu, 23 Januari 2011

Negeri, Narasi, dan Pemuda


Ooh di negeri ini.. banyak harapan rakyat belum terwujud, Satu per satu sendi bangunan negeri kita yang roboh karena krisis demi krisis belum tegak di setiap sudut vital. Perubahan belum terasa signifikan. Apatah lagi ditambah perilaku penguasa yang tidak sedang membangun negeri ini, namun sibuk dengan kekuasaannya. Krisis pasti melanda kehidupan suatu negeri, dan merupakan takdir pembelajaran semua bangsa. Namun yang memiriskan hati adalah ketika krisis terjadi, kita justru mengalami kelangkaan pemimpin yang “negarawan dan pahlawan”. inilah yang paling berbahaya, sebab disini tersimpan isyarat terpuruknya suatu bangsa.

Negeri ini membutuhkan generasi anak muda yang siap menjadi pengganti dan mewarisi nilai-nilai yang sama dengan nilai yang dimiliki Umar bin khatab, Khalid bin walid, Shalahudin dan teladan Islam lainnya yang diwariskan oleh Muhammad saw. Anak muda yang cemerlang karena misi dan pribadinya adalah muara dari pertemuan narasi(wahyu) dengan qudwah (keteladanan pembawa risalah). Narasi abadi yang diturunkan kepada seluruh umat manusia dari sejak diturunkan sampai akhir sejarah manusia akan selalu otentik dan terjaga autentitasnya, waqiiyah (sesuai dengan konteks waktu manapun) dan insaniyah (sesuai dalam menyelesaikan permasalahan manusia). Narasi yang berawal pembelajaran berujung kesempurnaan. Risalah kenabian yang dibuka dengan perintah membaca, dan selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari, Allah tutup dengan pernyataan penyempurnaan dan keridhoan “Hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu, dan kusempurnakan pula nikmatKu untukmu, dan Aku ridho islam sebagai agamamu”.

Si pembawa dan pengajarnya, Karena amat cintanya dengan Ali yang tidur di pangkuannya. Muhammad pernah memperlambat tergelincirnya matahari terbenam Muhammad bisa menyembuhkan seperti Isa. Mampu membelah lautan seperti Musa. Bahkan bulan pun dibelahnya. Malaikat gunung pun pernah meminta beliau menyetujui menghancurkan Thoif, dan beliau menolaknya. Muhammad punya dua jenis kekuatan itu: soft power dan hard power. Muhammad memiliki hampir semua mukjizat yang pernah dimiliki nabi dan Rasul sebelumnya. Tapi beliau selalu menghindari penggunaannya sebagai alat untuk meyakinkan orang kepada agama yang dibawanya. Beliau memilih kata. Beliau memilih narasi. karena itu mukjizatnya adalah Al Qur’an. Karena itu sabdanya pun diatas semua kata yang mungkin diciptakan oleh manusia.

Narasi memiliki sifat menembus tembok penglihatan manusia menuju akal dan hatinya. jauh lebih dalam daripada apa yang mungkin bisa dirasakan manusia yang kaget terbelalak seketika saat menyaksikan laut terbelah, atau saat menyaksikan orang buta melihat kembali.

Kesadaran anak muda akan Islam sebagai jalan hidup dan narasi(qur’an) sebagai panduannya (guide) inilah yang mesti dikembalikan lagi ke bingkai pikiran mereka. Umar bin Khatthab pernah mengatakan: “Setiap saya menghadapi masalah yang rumit, saya panggil anak muda”. Banyak prestasi anak muda di masa lalu yang mengubah arah sejarah bangsa, dan sekarang industri kepemimpinan Muslim Negarawan (KAMMI) mesti menghadirkan kembali anak muda cemerlang yang dulu pernah menghiasi langit dunia Islam. Menempa hakikat keimanan mereka dengan tarbiyah, mengelola mereka dengan kompetensi eksekusi yang mumpuni dalam upaya merealisasikan kebaikan serta memantapkan mereka agar memiliki kapasitas sebagai pemimpin Negara yang bisa didistribusikan kemana pun. Para pemuda yang memiliki akal-akal besar menjalankan politik kemanusiaan di tengah politik kepentingan.

Agar industri kepemimpinan ini mampu leading, maka ada tiga hal yang harus dimiliki:Pertama, narasi yang besar. Kita hanya akan memimpin apabila kita membawa gagasan besar yang dapat merangkul dan mewadahi seluruh harapan dan energi masyarakat. Gagasan itulah yang memberi kanal yang dapat menyalurkan energi yang ada pada masyarakat dan mengubahnya menjadi harapan bersama yang mencerahkan. Dahulu Gajah Mada memiliki gagasan besar yang namanya Nusantara, ketika perjuangan melawan penjajah banyak melalui perjuangan kedaerahan maka lahir gagasan besar dengan Lahirnya Sumpah Pemuda dan berdirinya organisasi-organisasi perjuangan kemerdekaan, Soekarno datang dengan satu ide besar yaitu revolusi. Soeharto datang dengan ide besar namanya Pembangunan. Kita datang dengan ide besar yang bernama apa.? Dan Narasi Next Indonesia kita bagaimana formatnya ?

Penciptaan oleh manusia pertama kali terjadi di alam pikiran, di alam jiwa. Baru kemudian terealisasi di alam nyata. Semua yang menjadi mungkin dalam ruang pikiran kita, menjadi mungkin dalam alam realita. Jadi kalau di dalam ruang pemikiran itu isinya adalah pikiran pesimiss sesuatu yang tidak mungkin, lebih tidak mungkin lagi di alam nyata. Karena itulah makin besar ide seseorang, makin besar ruang realitanya juga. Seperti saat Imam Syahid menjelaskan tahapan-tahapan dakwah, yang terakhir adalah ustadziyyatul alam. Pada waktu itu Mesir masih dijajah Inggris. Jadi kalau pada kondisi seperti itu saja beliau memiliki cita-cita besar seperti itu. Inilah adalah penjelasan kenapa jamaah islam terbesar di dunia ini terus tumbuh karena idenya melampaui jamannya. Konsepnya tarbiyah, ide tentang sarananya lebih brilian lagi yakni adalah organisasi. Sasarannya Membentuk Pribadi muslim, Keluarga Muslim, Masyarakat yang berafiliasi terhadap Islam, Bangsa dan Negara yang Islami yang terakhir adalah Soko Guru seluruh alam. Idenya lebih besar karena itu ruang kemungkinannya lebih besar lagi. Bahkan ide-ide kecil menemani dan tumbuh dalam ruang tampung ide-ide besar itu, seperti fiqih dakwah, idarat tandzhim, idaratul jamaah, idarat dakwah, fiqih daulah, dan masih banyak lagi,

Kedua, Kapasitas. Gagasan besar itu hanya akan menjadi realitas kalau ada kapasitas yang memadai baik pada skala individu maupun struktur organisasi yang dapat mengeksekusi gagasan. Satu-satunya cara yang mesti ditempuh adalah mengembangkan kapasitas internal kita secara berkesinambungan. Dan kapasitas yang mesti diproduksi oleh industri ini adalah kapasitas yang diperlukan untuk mengelola negara yakni kompetensi eksekusi. Dimana cita-cita persoalan kita kedepan menemukan keseimbangan antara demokrasi dan kesejahteraan. Dan dalam situasi seperti sekarang ini ada segitiga kekuasaan yang mesti didistribusikan anak-anak muda pembelajar yang siap menempa kompetensi eksekusinya. Segitiga kekuasaan yang merupakan panggung eksis Indonesia yakni; Negara, pasar dan rakyat. Jika kita ingin menjadi Islamic Strong State kita mesti mendistribusikan kekuasaan (orang,kekuatan, dan kebaikan) di segitiga ini. Negara pelaku utamanya adalah politisi, birokrat dan milikter. Pasar pelaku utamanya adalah pengusaha. Sedang rakyat yang menjadi pelaku pengarahnya adalah informal leader (artis, budayawan, tokoh,agamawan).

Saat ini kita berpikir bagaimana membesarkan organisasi dakwah ini, ke depan tidak hanya sekedar itu tetapi, bagaimana membesarkan bangsa. Bagaimana The Next Indonesia.!! Kita kedepan pasti memiliki ide, punya narasi yang kita tawarkan kepada public. Kita akan menjadi leader. Oleh karena itu kapasitas pertama seorang leader adalah penarasian. Kemampuan menguasai orang melalui kata. Itulah yang menjelaskan kenapa Soekarno masih eksis sampai sekarang. Dan itu juga yang menjelaskan kenapa mukjizar Rasululllah saw adalah kata Al Qur’an. Itu yang membuat ummat Muhammad lebih banyak daripada nabi yang lain. Kapasitas pertama yang harus kita miliki penarasian, yang akan didapatkan jika dia menjadi seorang penulis dan juga seorang orator. Tidak bisa ditawar lagi. Dan kedepan generasi anak-anak muda KAMMI KALTIM sebaiknya seorang penulis dan public speaker handal. Itu maharat aqliyah.

Ketiga adalah sumber daya. Dalam segala bentuknya, seperti informasi, pengetahuan, sarana, financial dan lain-lain adalah sarana yang diperlukan untuk mengeksekusi. Agar kita faham dalam melakukan pembacaan terhadap negara yang sangat besar ini, Negara benua dengan penduduk 230 juta jiwa maka pengetahuan demografis, sosiologis manusia menjadi teramat penting.

Makin besar narasi, kapasitas dan sumber daya kita, makin besar kemampuan kita mengeksekusi. Sesudah itu hanya menunggu momentum yang hanya masalah waktu saja. Wallhualam bi shawab

Tertanda

Johandri

Jumat, 14 Januari 2011

Kekuasaan dan Kezuhudan


Sepertiga malam terakhir. Si pemimpin, seorang laki-laki, duduk di tengah mihrabnya. Sendiri. Tangannya menengadah ke langit. Air matanya tumpah ruah. Lirih benar ketika doanya memecah sunyi, “Rabb, biarlah dunia ini hanya ada dalam genggaman tanganku. Jangan biarkan ia masuk ke dalam hatiku.”

Ia sadar ia berada di puncak. Tapi, ia juga ada di ujung goresan pena salah satu bab buku kehidupan. Ia hanya ingin menyelesaikan goresan pena kehidupan yang satu ini dengan kebaikannya. Tapi, bujukan kekuasaan memang terlalu dahsyat untuk diremehkan.

Melawan dalam sunyi itu sulit. Sangat Sulit. Membangun dalam hening itu berat. Terlalu berat. Tetapi, meremehkan kekuasaan yang ada dalam genggaman tangan, meninggalkannya dengan sadar dan enteng, mungkin jauh lebih susah. Jauh lebih berat. Inilah kekuasaan. Kunci dunia yang memberi:kebesaran, kehormatan, kewibawaan dan popularitas. Semuanya. Itulah yang dibangun dari perlawanan berdarah-darah. Kerja panjang dalam hening dan sepi. Sekarang, ketika sudah mendapatkannya, harus melepasnya, dengan sadar dan enteng, sambil tersenyum.

Inilah sisi ketiga dari kepemimpinan seseorang yang diceritakan kekuasaan: kezuhudan. Sadar bahwa diri tidak bekerja keras disini. Bahkan tidak berpikir disini. Sadar bahwa disini hanya menunaikan amanah, dan ini bukan yang dicari. Bukan !

Diri mesti berhati-hati dengan penglihatan sendiri! Mungkin telah salah lihat. Mungkin tertipu. Sedang berada di puncak, tapi sedang melangkah pada jengkal terakhir dari fase kehidupan yang satu ini. Apa yang ada disini dan terlihat di penglihatan bukanlah yang dicari. Ini hanya hiasan dunia yang mesti dilampaui. Tujuan yang hakiki ada di seberang sana, di balik fase ini. Di balik kesudahan seluruh bab kehidupan:akhirat.

Hanya ketika seseorang menetapkan misi hidup sebagai pencari akhirat, maka dirinya akan sanggup melampaui dunia:meremehkan kekuasaannya, meninggalkannya dengan sadar dan enteng. Itu sebabnya dengan kezuhudan, dunia tidak dinikmati secara berlebihan. Kekuasaan berubah menjadi beban yang menyesakkan dada. Bukan kehormatan yang membuat bangga.

“aku ingin melepas jabatan ini. aku sudah bosan dengan rakyatku. Mungkin juga mereka sudah bosan denganku.” Kata Umar bin Khattab suatu saat di tengah masa khilafahnya.

Lelaki itu…………….Ali bin Abi Thalib ra

tertanda: Johandri