Texts
BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.BLOG INI SEDANG DALAM PROSES UPDATING.MOHON MAAF JIKA MASIH BANYAK FILE-FILE LAMA.TERIMAKASIH ATAS PENGERTIAANYA.
Jumat, 14 Januari 2011
Kekuasaan dan Kezuhudan
Sepertiga malam terakhir. Si pemimpin, seorang laki-laki, duduk di tengah mihrabnya. Sendiri. Tangannya menengadah ke langit. Air matanya tumpah ruah. Lirih benar ketika doanya memecah sunyi, “Rabb, biarlah dunia ini hanya ada dalam genggaman tanganku. Jangan biarkan ia masuk ke dalam hatiku.”
Ia sadar ia berada di puncak. Tapi, ia juga ada di ujung goresan pena salah satu bab buku kehidupan. Ia hanya ingin menyelesaikan goresan pena kehidupan yang satu ini dengan kebaikannya. Tapi, bujukan kekuasaan memang terlalu dahsyat untuk diremehkan.
Melawan dalam sunyi itu sulit. Sangat Sulit. Membangun dalam hening itu berat. Terlalu berat. Tetapi, meremehkan kekuasaan yang ada dalam genggaman tangan, meninggalkannya dengan sadar dan enteng, mungkin jauh lebih susah. Jauh lebih berat. Inilah kekuasaan. Kunci dunia yang memberi:kebesaran, kehormatan, kewibawaan dan popularitas. Semuanya. Itulah yang dibangun dari perlawanan berdarah-darah. Kerja panjang dalam hening dan sepi. Sekarang, ketika sudah mendapatkannya, harus melepasnya, dengan sadar dan enteng, sambil tersenyum.
Inilah sisi ketiga dari kepemimpinan seseorang yang diceritakan kekuasaan: kezuhudan. Sadar bahwa diri tidak bekerja keras disini. Bahkan tidak berpikir disini. Sadar bahwa disini hanya menunaikan amanah, dan ini bukan yang dicari. Bukan !
Diri mesti berhati-hati dengan penglihatan sendiri! Mungkin telah salah lihat. Mungkin tertipu. Sedang berada di puncak, tapi sedang melangkah pada jengkal terakhir dari fase kehidupan yang satu ini. Apa yang ada disini dan terlihat di penglihatan bukanlah yang dicari. Ini hanya hiasan dunia yang mesti dilampaui. Tujuan yang hakiki ada di seberang sana, di balik fase ini. Di balik kesudahan seluruh bab kehidupan:akhirat.
Hanya ketika seseorang menetapkan misi hidup sebagai pencari akhirat, maka dirinya akan sanggup melampaui dunia:meremehkan kekuasaannya, meninggalkannya dengan sadar dan enteng. Itu sebabnya dengan kezuhudan, dunia tidak dinikmati secara berlebihan. Kekuasaan berubah menjadi beban yang menyesakkan dada. Bukan kehormatan yang membuat bangga.
“aku ingin melepas jabatan ini. aku sudah bosan dengan rakyatku. Mungkin juga mereka sudah bosan denganku.” Kata Umar bin Khattab suatu saat di tengah masa khilafahnya.
Lelaki itu…………….Ali bin Abi Thalib ra
tertanda: Johandri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar dengan bertanggung jawab