Pelajaran pertama > Pelajaran dari kisah Abraha.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan gajah? . Bukankah Dia telah menunjukkan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?. Dan Dia mengirimkan kepeda mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Qur’an Surah Al Fill :1-5)
Surat Al Fill adalah surat Makkiyah yang sering kita dengar riwayatnya dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam suasana Maulid Nabi besar Muhammad Saw. Tahun kelahirannya sering disebut tahun gajah. Yang masih jarang dimengerti kaum muslimin adalah urutan-urutan peristiwa pasukan gajah yang dihancurkan Allah SWT. Sebelum Rasulullah lahir , dominasi dunia dipegang oleh Romawi dan Persia. Masing-masing kedua imperium mempunyai wilayah-wilayah subordinat (jajahan).
Yaman merupakan asal-usul nenek moyang orang Arab. Bila dilihat dari asal keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qathaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail ibn Ibrahim). Mereka, pada persitiwa negeri Saba’ yang kemudian besar kerajaan Himyar diceritakan dalam Al Qur’an disebutkan sailul arim. Peristiwa banjir besar yang disebabkan bendungan Ma’arib runtuh dan kerajaan. Dalam Al- Qur’an, banjir menenggelamkan Yaman. Kemudian sebagian besar berhijrah ke Yastrib (madinah). Dari mereka lahir suku yang asal-usul Yaman. Yang paling dikenal di masa Rasul nanti adalah suku Aus dan Khajraj. Yaman adalah asal-usul orang di jazirah Arab.
Di Yaman terjadi pergolakan politik. Dimana orang-orang Persia dan romawi silih berganti menguasai Yaman. Dalam suatu peristiwa terjadi kudeta politik, yang mengangkat seorang raja bernama Dzu Nawas, Dzu Nawas adalah tipikal orang yang cinta dengan agama. Karena cinta pada agama, ia sering kali berdialog dengan berbagai umat beragama. Salah satu dialog yang merubah pandangan hidupnya adalah ketika ke Yastrib dan bertemu dengan orang-orang Yahudi, hingga akhirnya ia memeluk agama Yahudi. Sekembalinya Dzu Nawas ke Yaman, dia menyuruh rakyatnya memeluk agama Yahudi dan menyatakan perang terhadap nasrani. Salah satu kabilah yang berpegang pada agama nasrani yaitu kabilah Najran (yang bertempat tinggal antara yaman dan Arab Saudi, sekarang masuk ke wilayah Arab Saudi). Najran akhirnya diserang habis oleh Dzu Nawas.
Salah seorang dari kabilah Najran sempat lolos ke Romawi. Melaporkan ke raja Romawi untuk menyerang Yaman. Wilayah Najran agak jauh dari Romawi dan kering. Tidak ada kekayaan kecuali konflik. Akhirya Heraklius, raja Romawi saat itu mengirim surat kepada Raja Ethiopia, Raja Habsyah (Afrika Selatan). Di peta : Afrika berbatasan langsung dengan wilayah Yaman. Di sebelah utara di jazirah Arab. Wilayah yang paling dekat dengan Yaman salah satunya adalah Ethiopia (Afrika Selatan)
Ethiopia saat itu dipimpin oleh seorang raja yang memeluk agama nasrani. Namanya An Najasyi yang kelak akan memeluk Islam. An Najasyi mendapat perintah untuk menyerang Yaman atas perlakuannya memeluk Nasrani. Akhirnya Yaman diserang oleh Kabilah Ethiopia. Dzu Nawas berhasil digulingkan. Mereka mengangkat seorang raja dari Habsyah (Ethiopia) untuk Yaman yang bernama Abraha.
Abraha ingin membangun monumen Nasrani yang bisa mematikan masa lalu Yahudi. Sekaligus menarik orang Yaman yang setiap tahun haji ke Makkah. Ia membangun gereja sangat besar dan indah. Ia mengirim surat ke Raja Ethiopia (an Najasyi) menyangkut prestasi seorang Gubernur wilayah sub ordinat.
Ternyata, objek yang dibangun dengan harapan menarik orang-orang Yaman, tidak berhasil. Karena tetap saja orang-orang Yaman tiap tahun ke Ka’bah. Orang-orang Yaman pada waktu itu, menganggap Ka’bah adalah rumah nenek moyang mereka, yaitu Ibrahim dan Ismail. Dan ini paradigma yang sudah mengakar dan menjadi tradisi dalam diri mereka. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk.Abraha mengambil kesimpulan, bahwa persoalannya adalah Ka’bah. Jadi benda yang satu ini harus dihancurkan. Dalam konflik yang sebenarnya adalah akar religius kemudian diselesaikan dengan cara-cara militer. Akhirnya Abraha menyiapkan dan membangun sebuah pasukan. Pasukan itu menggunakan Gajah sebagai kendaraan mereka. itulah sebabnya pasukan ini dikenal dengan pasukan gajah.
Di tengah perjalanan, ketika orang Makkah sudah mau diserang untuk menghancurkan Ka’bah, beberapa orang Makkah melakukan perlawanan. Perlawanan pertama dipimpin oleh Dzu Nafr. Kalah. Dan Dzu Nafr ditawan. Jalan lagi. Dicegat lagi oleh kabilah Arab yang dipimpin oleh Al Hasami. Al Hasami dibabat habis oleh Abraha. Dan dijadikan guide menuju Makkah.
Orang-orang kalah punya tabiat menjadi jongos bagi para pemenangnya. Ibnu Khaldun mengatakan, orang-orang yang kalah cenderung mengikuti orang-orang yang mengalahkannya dalam segala hal. Kemudian sampaila di Thaif. Mengetahui perlawanan penghadangan pasukan gajah gagal. Akhirnya mereka menyerah. Orang Thaif mengatakan, Ka’bah itu bukan di Thaif, tapi di Makkah.
Abraha meminta mereka menjadi penunjuk jalan. Di antara Thaif dan Makkah ada tempat yang bernama Al Mugahammas. Di tempat ini Abraha beristirahat sebentar. Kemudian pasukannya menggeledah habis serta melakukan perampasan harta-harta Thaif dan Makkah termasuk harta kakek rasul Saw, Abdul Muthallib yaitu 200 ekot unta. Setelah itu Abraha mengutus orang untuk mencari pemimpin Makkah. Orang Makkah sepakat meminta Abdul Muthalib bertemu dengan Abraha.
Utusan Abraha mengatakan kepada Abdul Muthallib, “Abraha hanya ingin menghancurkan Ka’bah saja. Bukan ingin berperang dengan kalian. Apabila kalian tidak melawan, kalian tidak akan diganggu Abraha.
Kata Abdul Muthalib, “ Kami tidak akan melawan. Karena tidak ada kekuatan.” Akhirnya Abdul Muthallib disetujui bertemu dengan Abraha. Waktu ia masuk ke ruangan Abraha, Abraha sedang duduk di kasur singasana. Melihat Abdul Muthallib, Abraha langsung jatuh hati. (Abdul Muthallib dalam suatu riwayat disebutkan, postur tubuhnya tinggi, dan sangat ganteng, paling ganteng diantara seluruh penduduk Makkah. Anak-anaknya semua ganteng. Termasuk cucunya:Rasulullah Saw). Abraha berpikir, orang ini harus dihormati. Tapi kalau disuruh duduk di singasana, itu tidak etis. Karena jajahan. Abraha turun dan berdampingan dengan Abdul Muthallib.
Abraha memberikan penjelasan bahwa, ia hanya ingin menghancurkan Ka’bah, “Andai Anda tidak mencegah saya, saya tidak menggangu Anda”. Abdul Muthallib menjawab, “silakan anda menghancurkan Ka’bah. Karena dia punya Tuhan. Tapi saya minta, kembalikan 200 unta milik saya”.
Kata Abraha, “saya waktu ketemu anda sudah jatuh hati. Tapi ucapan anda membuat saya tidak berselera. Saya mau memerangi simbol agama anda, tetapi anda memikirkan unta anda sendiri”. Abdul Muthallib kembali menjawab, “Ka’bah punya Tuhan sendiri. Nanti anda akan berhadapan dengan Tuhannya Ka’bah”. Kalimat ini kelak mempunyai isyarat dengan kandungan surat Al Fill.
Abraha akhirnya merangsek masuk menyerang Ka’bah. Tetapi di perbatasan sebelum Makkah, gajahnya tidak ada yang bisa jalan. Semuanya terpeleset dan jatuh. Tidak bisa bergerak sama sekali. Dalam keadaan begitu, Allah mengutus burung-burung. Burung di atas, berkelompok-kelompok. Namanya thairan ababiil. Burung ini namanya bukan abaabiil. Abaabiil itu jama’at. Berkelompok-kelompok dan membawa sijjil. Sijjil bahasa Persia yang berarti unsur api dan tanah liat, yang mengandung racun dan bara panas. Sijjil ini digunakan untuk melempar pasukan gajah. Ada yang menarik disini: cara kerja benda dalam mematikan orang. Sijji mengenai badan. Sampai di badan, orang tidak langsung mati. Kulit, daging, jatuh sedikit demi sedikit sampai habis.
Begitu juga Abraha yang terkena sijjil. Dia tidak langsung mati. Setelah pasukannya mati dengan cara yang mengerikan, tidak kuat lagi melawan. Ia pulang. Sambil berjalan dagingnya jatuh sedikit demi sedikit. Sampai di Syam, ibukota Yaman, Abraha belum mati. Yang terakhir habis adalah dada dan jantungnya, dadanya tinggal dua. Jantungnya keluar dan tercabik-cabik. Baru Abraha mati.
Dua pelajaran dari kasus Abraha :
Pertama, tidak ada campur tangan sama sekali orang-orang Quraisy. Allah SWT mengatakan: “Alam tara kaifa fa ‘ala rabbuka bi ashhaabil fiil- belumkah kamu melihat bagaimana Allah memperlakukan pasukan gajah ?”.
Ayat ini dimulai dengan: “Belumkah kamu melihat”. Namanya istifham taqriri. Pertanyaan untuk menegaskan satu pertanyaan. Kisah ashaabul fiil sangat kuat pengaruhnya bagi bangsa arrab. Karena itu mereka tidak pernah melupakan. Jadi bukan burung yang diceritakan. Al Qur’an menggunakan kalimat Tanya untuk mengembalikan ingatan mereka kembali.
Sesudahnya, perhatikan! Kaifa (bagaimana), fa ‘ala rabbuka (Tuhan bertindak). Jadi subjeknya, pelakunya, adalah Tuhan. Menyadarkan kepada orang Arab. Bahwa mereka tidak punya jasa sama sekali
Jasa melindungi Ka’bah, sama sekali bukan pekerjaan orang arab. Itu adalah pekerjaan Allah SWT. Orang-orang Quraisy dalam hal ini sudah mendapatkan rahmat. Maka Abdul Muthalib pulang setelah bertemu Abraha. Ia kumpulkan orang-orang Makkah. Menyuruh mereka mengambil barang-barangnya. Menaiki gunung kemudian hanya menonton Abraha menyerang Ka’bah.
Bertepatan dengan kelahiran Muhammad, sekaligus mengingatkan , baru pada lahirnya Muhammad saja, karunia Allah sudah banyak untuk orang-orang quraisy. “Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘aalamin” Dan Aku tidak mengutusmu kecuali untuk rahmat sekalian alam
Kedua, Allah SWT memberi isyarat, tempat dimana wahyu sedang akan diturunkan dan tumbuh menjadi pusat peradaban dunia. Dengan wilayah Makkah disiapkan untuk menjadi turunnya hikmah. Maka, orang-orang Arab yang nanti menjadi tulang punggung pembawa bendera Islam harus dengan sadar dari awal. Tanpa Islam, mereka tidak punya eksistensi internasional sama sekali.
Orang-orang Arab sebelum datang Islam tidak punya eksistensi, di mata imperium-imperium yang lain. Yaman yang jauh lebih baik kondisinya dari Makkah dan Madinah silih berganti didominasi oleh Persia, Romawi dan Ethiopia. Yaman tidak pernah dipimpin oleh orang Yaman sendiri karena kebanyakan orang Arab tidak punya nilai.
Islam datang memupuk kekuatan. Dan menjadikan mereka pemimpin serta pemimpin internasional. itulah sebabnya negeri-negeri Arab terbelakang dibanding Negara-negara lain. Bukan mereka tidak cerdas, bukan karena mereka tidak mempunyai minyak. tapi karena mereka tidak mempunyai sumber kekuatan yaitu islam.
Ibnu Khaldun delapan abad kemudian mengatakan, orang Arab adalah bangsa yang tidak mungkin bersatu kecuali dibawah naungan Islam.
Tertanda
Johandri
Dhuha 21 Februari 2011