Ada sebuah rahasia besar yang tersimpan dalam peristiwa-peristiwa besar dalam Islam. Yaitu momentum/waktu yang dipilih Allah SWT untuk sederet peristiwa besar tersebut adalah bulan Ramadhan. Waktu yang sebenarnya menurut matematika bumi adalah waktu dimana terbayang letih, penat, dan keterbatasan waktu. Namun dalam matematika langit justru Ramadhan menghantar kaum muslimin meraih apapun tanpa batas, diluar logika matematika bumi.
Dalam tulisan 16 belas peritiwa besar ramadhan yang saya tulis sebelumnya, yang paling fenomenal adalah perang Badar yang terjadi pada Bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah. Setahun sebelum itu (perang badar) terjadi peristiwa-peristiwa (ekspedisi,spionase,dll) yang mengharuskan kaum muslimin bersiap siaga bila terjadi perperangan dalam skala besar. Akhirnya Rasul melakukan Pengkondisian dan persiapan perang kepada kaum muslimin, namun di luar dugaan perang malah terjadi di saat dimana Allah SWT pertama kali mewajibkan Ibadah Puasa kepada kaum muslimin. Jadi puncak pertarungan antara kebenaran dan kebathilan itu sengaja diskenariokan oleh Allah saat kaum muslimin sedang berpuasa.
Dalam perang-perang yang terjadi dalam bulan Ramadhan, (perang Badar khususnya) sesungguhnya terjadi dua kemenangan sekaligus. Kemenangan pertama adalah kemenangan di alam jiwa, kemenangan di alam ruh/spirit. Dari dialog-dialog yang dilakukan Rasulullah saw sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk Perang Badar, atau dialog antara Thariq bin Ziyad dengan pasukannya dalam penaklukan Andalus Setelah menguasai Jabal Thariq dan membakar kapal-kapal yang telah digunakannya, Thariq bin Ziyad berkhutbah di depan pasukannya:"Lautan dibelakang kalian! Musuh di depan kalian..", lalu pecahlah pertempuran antara 12.000 pasukan muslim melawan 100.000 tentara Roderick. Yang berakhir dengan tercerai-berainya pasukan Visigoth dan tewasnya Roderick.
kita bisa mendapatkan sebuah kesimpulan betapa pernyataan-pernyataan yang keluar dari mulut para sahabat beliau, atau kaum muslimin yang berperang dalam penaklukan Andalus menunjukkan bahwa mereka sedang berada dalam puncak keimanan, jiwa-jiwa mereka sedang kuat, obsesi mereka berada pada puncak tertinggi, spirit ketauhidan mereka melayang untuk bisa menuju surga, bahkan spirit itu sangat terasa kental diantara mereka sendiri hingga diantara mereka satu sama lain dapat saling menggetarkan hati dan mudah menangis karena ketakwaannya.Kepercayaan mereka sudah tidak terbatas pada Allah dan Rasulullah, bahkan ada sahabat yang berkata "Wahai Rasul, jika engkau masuk ke dalam samudera kami pun akan menyelami samudera bersamamu bahkan jika engkau berjalan menembus hamparan kobaran api kami pun akan ikut menembus api itu bersamamu". Tekad mereka telah membaja yang bahkan tidak terkalahkan dalam menegakkan kebenaran, keberanian yang memuncak dan tak ada satu pun dimuka bumi yang mereka takuti kecuali Allah dan Rasulnya serta kerinduan pada surga yang tidak bisa dirayu lagi dengan fananya dunia. Itu semua yang memberikan energi perlawanan yang sangat dahsyat. Spirit ketauhidan akan jaminan mati syahid itulah yang menyebabkan Belanda mundur dari Indonesia.
Itulah rahasianya;bahwa kemenangan yang "sesungguhnya" terjadi pertama kali di alam jiwa, "tegakkan islam di hatimu, maka islam akan tegak di bumimu" yakni ketika kepercayaan mengalahkan keraguan, ketaatan mengalahkan egoisme diri, harapan mengalahkan kecemasan, keberanian mengalahkan ketakutan, rindu pada surga adalah obsesi yang mengalahkan rayuan dunia, tekad membaja tidak tembus oleh keterbatasan fasilitas dan kelemahan, kebesaran musuh berubah menjadi hal yang kecil dalam pandangan jiwanya dan syahid amat mulia dalam dadanya.
Sebelum hijrah kaum muslimin terutama para sahabat sebagian masih menggunakan paradigma(kerangka berpikir/sudut pandang)kemanusiaannya (bashirah insaniyah) dalam memberikan penilaian atas apa yang terjadi pada diri mereka. namun saat mereka telah hijrah dan terusir dari negerinya, ke madinah dan menerima tempaan dari rasul, mereka beralih menggunakan paradigm ketuhanan (bashirah ilahiyah) karena itulah ideology islam membumi dan tegak serta kokoh di hati sanubari mereka.mereka tidak lagi melakukan perhitungan dengan angka matematis bumi tapi dengan perhitungan matematis langit.
Itulah pemaknaannya; bahwa sungguh pertempuran adalah bagian dari perang, dan perang yang sesungguhnya terjadi dalam semua dimensi. Buah kemenangan di dalam peperangan selalu diawali dengan kemenangan di alam jiwa, karena senjata tidaklah berdiri sendiri, karena organisasi tidak hanya sistem, karena segala apa yang dikendalikan bergantung pada unsur manusia-nya. Karena Organisasi akan kuat jika didukung oleh timyang super,karena sorotan mata seringkali lebih tajam daripada kilatan pedang,karena keberanian dan kewibawaan Umar lebih ditakuti syetan daripada yang lainnya, karena nama Khalid bin Walid lebih menakutkan daripada pasukannya,karena teriakan Al Qa'qa' bin 'Amr lebih menakutkan daripada seribu laki-laki.
Komitmen spiritual inilah yang membuat pertolongan Allah datang dalam situasi sangatsulit dan pelik. Persoalannya apakah rahasia dibalik kemenangan jiwa tersebut? Jawabannya adalah puasa. Puasa mengantar kita meraih semua kemenangan di Alam jiwa. Dan begitulah kenyataan sejarah mengajarkan pada kita, kaum muslimin selalu mencatat rekor-rekor kemenangan besar nan fantastis yang sangat menentukan dalam bulan ramadhan atau lebih tepatnya dalam keadaan berpuasa.
Kaum muslimin meraih kemenangan dalam perang-perang yang terjadi pada bulan ramadhan, dari perang badar, membebaskan kota Makkah. Muzaffar Qutthuz menaklukkan pasukan-pasukan Tartar dalam perang 'Ain Jalut. Sholahuddin Al Ayyubi mengusir pasukan salib dari tanah palestina dalam perang Hiththin.Thariq bin Ziyad menaklukkan Andalus. Atau kisah yang cukup dekat yakni Muhammad Al Fatih Murrad melakukan puasa sunnah 3 hari berturut-turut sebelum merebut konstatinopel.
Kemenangan di alam nyata adalah hasil dari kemenangan di alam jiwa. Dan kemenangan di alam jiwa mempunyai satu rahasia: puasa.
Mari kita semua meraih kemenangan di Alam jiwa. Sukses dalam menempuh Ibadah Ramadhan
Tertanda
Johandri